This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Menuju Sistem Pertanian Organik

0 komentar

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian di Indonesia berkembang sesuai dengan pengetahuan masyarakat. Pada awal mulanya, bercocok tanam dilakukan secara berpindah-pindah (swiden agriculture). Ladang dan hutan dibuka, lalu ditanami tanaman pokok seperti padi gogo, talas, ubi kayu, ubi jalar, dan sayuran. Tanaman tersebut belum diberi pupuk kandang atau pemeliharaan lainnya. Mulanya tanaman tumbuh subur, tetapi semakin lama, semakin merosot pula kesuburannya. Karena produksi menurun, petani berpindah ke tempat lain lalu membuka hutan kembali dan menanaminya. Ladang yang telah ditinggal begitu saja akan menjadi tandus, bahkan menjadi padang ilalang.
Sistem ladang berpindah tersebut kemudian berkembang menjadi sistem pertanian tradisional. Disebut pertanian tradisional karena pengelolaannya masih sederhana. Pengolahan tanah baru dilakukan saat musim hujan tiba. Sedangkan pada tanah tegalan, umumnya hanya ditanami satu jenis tanaman secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama, sehingga menimbulkan masalah yang berupa berkurangnya kesuburan tanah, hasil panen merosot, serta hama dan penyakit berkembang dengan pesat dan tak terkendali. Pada tanah yang miring, kesuburannya menjadi cepat merosot dan terjadi banyak erosi karena tanahnya belum dibuat sistem terassering atau sengkedan.
Sebenarnya pertanian organik merupakan pertanian yang akrab dengan lingkungannya karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi, produksinya tidak mampu menyaingi atau mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Untuk mengimbangi kebutuhan pangan tersebut, perlu diupayakan peningkatan produk yang kemudian berkembang sistem pertanian konvensional atau pertanian tradisional.
Pertanian organik mulai muncul di Indonsia pada 1984. Yayasan Bina Sarana Bakti mulai mengembangkannya di Bogor, tepatnya di Cisarua pada lahan seluas empat hektar. Setelah itu, sistem pertanian ini berkembang sangat pesat. Jenis tanaman yang ditanam secara organik pun tidak terbatas pada jenis tanaman sayuran saja, tetapi juga tanaman buah, walaupun tidak dalam skala seluas tanaman sayuran, tanaman padi maupun tanaman obat.
B. Permasalahan
Ada dua permasalahan utama yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu (1) bagaimana gambaran penggunaan pupuk organik dalam kehidupan masyarakat petani pada khususnya dan masyarakat lain pada umumnya; (2) apa dampak yang ditimbulkan selama ini dan bagaiman solusinya? Dari pertanyaan tersebut, penulis tergelitik untuk mengamati lebih dalam tentang sejauh mana penggunaan pupuk kimia yang merupakan musuh terbesar bagi pupuk organik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini meliputi pengertian tentang beberapa pertanian yang telah dikenal masyarakat sejak zaman dahulu kala serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Makalah ini ditulis berdasarkan penelitian lapangan di Desa Bulak, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Penulis hanya membatasi pada analisis pertanian organik dan pertanian kimia.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan dua macam data sekaligus, yaitu data-data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif mengenai tema penelitian di atas. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi untuk mengembangkan kualitas pangan di tingkat pusat (jangka panjang), dasar kebijakan pemerintah daerah (jangka menengah), dan masyarakat di Kecamatan Rowosari pada khususnya dan Kendal pada umumnya (jangka pendek). Selain itu, informasi tersebut juga dapat digunakan sebagai acuan pengambilan kebijakan politis tingkat pusat dan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bertema kepedulian lingkungan di Indonesia sebagai cara mengatasi kekurangan pangan di negeri tercinta ini.
E. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dengan tema ataupun permasalahan yang diangkat dalam makalah, antara lain para petani yang bertindak aktif sebagai pelaku utama; instansi-instansi pemerintah terkait, seperti pemerintahan desa, kecamatan, dan kabupaten; dinas-dinas terkait, misalnya Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian; dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pertanian.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis selama melakukan penelitian adalah wawancara untuk mendapatkan data-data yang bersifat kualitatif. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber tertulis untuk mendapatkan informasi kuantitatif yang tidak mungkin diperoleh dari lapangan. Ada dua alasan mengapa penulis menerapkan metode tersebut. Pertama, sekolah penulis tidak memiliki perangkat laboratorium yang memadai untuk membantu proses penelitian, sehingga penerapan metode kuantitatif yang didasarkan pada hasil pengamatan laboratorium tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasinya, penulis menggali data–data kuantitatif dari para petani dan instansi-instansi yang berhubungan dengan bidang pertanian, walaupun dalam skala prioritas yang minim. Kedua, metode kualitatif bagi penulis lebih tepat sasaran, karena penulis dapat memahami latar belakang, proses, masalah faktual, dan keunggulan dampak penggunaan pupuk organik berdasarkan subjek yang terlibat, seperti petani, Dinas Pertanian, Dinas Pengairan, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam makalah ini metode kuantitatif hanya dianggap sebagai pelengkap beberapa data yang tidak dapat digambarkan dengan metode kualitatif.
Karena secara metodologis penelitian tentang pertanian organik sangat terkait dengan polutan pupuk kimia, maka penulis juga mengamati dan menghitung secara sederhana kuantitas pemakaian bahan-bahan pencemar yang dipakai dalam perbaikan mutu tanaman seperti, insektisida, herbisida, pestisida, dan pupuk anorganik yang dipakai oleh petani dalam periode satu tahun. Hasil pengamatan yang didapatkan penulis selanjutnya akan dianalisis berdasarkan informasi yang penulis kumpulkan dari literatur-literatur. Dengan demikian, meskipun tanpa didukung uji laboratorium, penulis mampu melakukan analisis tentang seberapa besar limbah yang telah mencemari air sawah dan anak sungai di Desa Bulak serta dampak yang telah dan akan ditimbulkan dari bahan-bahan polutan tersebut.
G. Hipotesis Penelitian
Selama turun ke lapangan, hipotesis yang dijadikan acuan yaitu penggunaan pupuk organik menuai beberapa keuntungan dibandingkan dengan insektisida, herbisida, dan pupuk non-organik yang lazim digunakan petani di Desa Bulak yang tentu saja mengandung zat-zat polutan (tidak ramah lingkungan), sehingga pemakaian jangka panjang pada bahan kimia tersebut akan dapat menyebabkan air sungai di sekitar lahan persawahan tercemar.
H. Literatur Review
Dalam penulisan ini, ada beberapa literatur yang penulis jadikan bahan analisis. Pertama, artikel yang berjudul “Water Pollution” karya John Hart. Dari tulisan tersebut, penulis mendapat informasi penting tentang pengertian pencemaran air, tipe-tipe bahan pencemar (polutan), sumber-sumber polutan, dan pengawasan negara terhadap kasus pencemaran. Kedua, buku Kimia Kelas 2, Semester 2, karya Hadi Prabawa. Dari buku ini, penulis mendapat tambahan beberapa teori tentang syarat–syarat yang dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah air di suatu tempat telah tercemar, terutama oleh bahan-bahan dari kimia dari sawah. Literatur ini sangat bermanfaat sekali dalam memandu penelitian untuk membuktikan teori tersebut dalam praktik penelitian. Selain kedua literatur ini, penulis mendapatkan beberapa informasi penting tentang pengertian berbagai macam pertanian serta penjelasannya dari buku Cara Mudah Membuat Kompos karya L Murbandono.
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
Bulak merupakan salah satu desa di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal. Di sebelah selatan, desa ini berbatasan dengan Desa Bantaran, sebelah timur dengan Desa Kebonsari, sebelah utara dengan Desa Siwalan, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gempolsewu (Tawang). Menurut data sensus dari Kelurahan Bulak sendiri, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal itu terbukti desa ini dikelilingi oleh berpuluh-puluh atau mungkin beratus-ratus hektar hamparan sawah yang menghijau. Menurut salah satu warga desa yang sempat penulis wawancarai, 70-85% tanah itu ditanami padi, sedangkan sisanya berupa tanaman lain, seperti jagung, tembakau, dan bawang merah.
Dilihat dari alat-alat dan bahan yang digunakan, petani di Desa Bulak menggunakan peralatan modern dan bahan-bahan anorganik yang bersifat kimia. Hal itu terbukti dengan sudah digunakannya pestisida, herbisida, dan pupuk yang berbahan kimia. Alasan itu disebabkan luasnya lahan yang dimiliki seorang petani, sehingga akan memerlukan waktu yang lama bila di-watun . Oleh sebab itu, mereka memilih produk herbisida yang dapat membunuh gulma-gulma, seperti rumput-rumputan, eceng gondok, dan sebagainya. Kondisi seperti itu mengharuskan petani untuk berpindah dari sistem pertanian tradisional menuju sistem pertanian modern. Hal ini berdampak buruk bagi kelangsungan hidup organisme yang berada di sawah dan menurunkan kesuburan lahan yang digunakan sebagai prasarana bercocok tanam serta meningkatnya resiko pencemaran air di desa tersebut pada masa yang akan datang.
Untuk meneliti pemasalahan di atas, penulis melakukan serangkaian wawancara dengan beberapa warga Desa Bulak. Salah satu dari mereka adalah seorang petani yang menanam padi terbanyak beberapa tahun terakhir ini. Beliau sehari-hari dipanggil Pak Ri yang mulai menggunakan bahan–bahan kimia pada pupuknya kurang lebih satu tahun lalu. Dulunya beliau sempat didatangi oleh salah satu petugas dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah. Petugas tersebut bermaksud menganjurkan kepada beliau untuk memakai herbisida sebagai pengganti untuk mencabuti rumput-rumput yang sebelumnya dengan tangan manusia (di-watun). Beliau juga mengatakan bahwa bila dibandingkan dengan penyemprotan memakai herbisida. Cara tradisional itu dapat dikatakan lebih boros karena membutuhkan biaya lebih banyak.
A. Macam – Macam Jenis Pupuk dan Pengaruhnya Bagi Lingkungan
Herbisida merupakan bahan yang dibuat untuk memberantas gulma sebagai tanaman pengganggu seperti eceng gondok (monochoria vaginalis), semanggi (marsilea crenata), rumput teki (fimbristylis miliacea), dan gulma berdaun lebar lain yang biasanya hidup di air. Menurut pengakuan Pak Ri, selain membunuh gulma sampai ke akar-akarnya, penggunaan herbisida juga bemanfaat untuk menggemburkan dan menyuburkan tanah. Hal ini pernah dibuktikan oleh beliau bersama dengan salah satu petugas dari DPU Semarang tadi. Ketika itu, mereka berdua meneliti pekembangan tanah yang ditumbuhi rumput. Waktu itu Pak Ri menyemprot rumput yang terdapat disela-sela tanaman padi dengan herbisida merek Ally PlusÃ’ (berbahan aktif metal metsulfuron 0,7 %,garam, natrium 75%, dan etil klorimuron 0,7%). Sebelumnya, tanah yang terdapat di bawah rumput tersebut sangat keras, bahkan kalau diinjak dengan kaki tidak menimbulkan bekas.
Setelah beberapa minggu, keduanya kembali mengamati perbedaan dengan sebelum disemprot dengan herbisida. Perbedaannya adalah saat sebelum herbisida disemprotkan tanahnya keras dan tumbuh rumput, tapi setelah disemprot memakai herbisida tanah menjadi subur dan rumput pun menguning lalu mati. Kemudian Pak Ri menegaskan bahwa herbisida tidak mengganggu pertumbuhan padi dan ekosistem, terutama biota di sawah. Hal itu disebabkan karena herbisida dibuat hanya untuk memusnahkan gulma saja. Penyemprotan dilakukan 2-3 kali, yaitu beberapa minggu setelah padi ditanam sampai hampir panen dengan dosis pemakaian 320-640 g/ha.
Untuk menghadapi serangan hama, petani itu menggunakan insektisida sebagai pengendali dan pemusnahnya. Insektisida merupakan bahan kimia yang dibuat khusus untuk memberantas insect (serangga) seperti wereng, kutu daun, belalang, dan ulat. Insektisida menurut Pak Ri dibedakan menjadi dua, yaitu jenis yang hanya membasmi serangga tanpa mematikan hewan lain seperti ular dan ikan apabila tercemar oleh air tersebut dan jenis yang bisa mematikan semua jenis hewan yang ada dalam ekosistem tersebut,tidak terkecuali ikan dan ular. Namun, menurut Bapak Ri, bahaya itu hanya terjadi pada petani yang belum mengetahui kesesuaian pestisida dengan hama yang dibasmi (Wawancara, 6 Maret 2009)
Selain mematikan, pestisida juga menimbulkan masalah lain yang lebih serius. Seperti ditulis John Hart, apabila hewan (konsumen tingkat 1) memakan tumbuhan (produsen) yang terkontaminasi zat kimia non-biodegrable, seperti chlordane (sejenis senyawa sintetis yang pekat dan beracun yang digunakan sebagai insektisida dan DDT (diclorodiphenyltrichloroethane), maka akan diserap ke jaringan otot atau organ binatang yang bersentuhan langsung dengan zat tersebut. Bila binatang lain (konsumen tingkat 2) memakan binatang (konsumen tingkat 1) yang terkontaminasi, maka zat tersebut akan berpindah melalui jenjang rantai makanan yang makin ke atas akan menyebabkan konsentrasi polutan yang terkontaminasi semakin meningkat. Sebagai contoh, di tubuh burung pemakan ikan ditemukan tingkat kontaminasi DDT yang mencapai 10 hingga 50 kali lebih tinggi dari pada yang terkandung dalam ikan itu sendiri. Kemudian meningkat menjadi 600 kali lebih tinggi dari plankton yang dimakan oleh ikan dan 10 juta kali lebih tinggi dari pada air tempat ikan dan plankton tersebut hidup. Dari penelitian itu dapat disimpulkan bahwa binatang yang berada pada puncak rantai makanan, yaitu manusia, adalah yang paling beresiko menderita kanker, masalah reproduksi, dan kematian akibat dari konsentrasi DDT yang menumpuk. (John Hart, 2008 )
Untuk menyuburkan tanah, beliau menggunakan pupuk. Ada berbagai macam pupuk yang pernah digunakan beliau serta berbagai keunggulan dan kelemahan dari masing-masing bahan yang terkandung didalamnya. Di antara pupuk yang beliau gunakan adalah pupuk kompos, pupuk kimia seperti urea, TSP, ZA, KCl, dan lain-lain. Selain itu, juga ada pupuk organik dalam bentuk cairan semprot. Pupuk organik yang beliau kepada penulis adalah merek Tiens Golden HarvestÃ’ yang komposisinya adalah sebagai berikut:
1. Lactobasillus sp
2. Azospirillum
3. Azotobacter sp
4. Mikroba pelarut phosphate
5. Mikroba selulotik
6. Pseudomonas
7.unsur – unsur, P = 34,70 ppm; K =1700 ppm;N = 0,04 %;Fe =44,3 ppm;Mn =0,23 ppm;Zn =3,7 ppm ( Hadi Prabawa dkk,1999).
Dua hari dari wawancara yang pertama, penulis pun mencoba mengamati sekaligus mewawancarai petani lain yang masih satu desa dengan Pak Ri, yaitu Pak Subi. Ketika penulis mengadakan pengamatan, beliau sedang berjalan menuju ke sawahnya sambil menggendong sebuah tabung sebagai tanki larutan insektisida yang digunakan untuk menyemprot hama. Menurut pengakuan yang penulis dapatkan, ternyata Pak Subi telah memakai pestisida dan pupuk yang berbahan kimia sejak dirinya menekuni pekerjaannya sebagai petani. Beliau menyebutkan beberapa merek herbisida, insektisida, dan pupuk yang sering beliau gunakan. Di antara merek insektisida yang sering dipakai adalah PolydorÃ’ (bahan aktif: Lamda sihalotrin 25 g/â„“), FuradanÃ’ 3GR (bahan aktif: karbufuran 3 %), CrownÃ’ (bahan aktif: Chypermetrin 113 g/â„“), DecisÃ’ (bahan aktif: Deltametrin 25 g/â„“), ManuverÃ’, DestokÃ’, dan RegentÃ’ (ketiga merek terakhir ini dicampur dengan pupuk). Penyemprotan dilakukan tergantung pada ada tidaknya hama pada musim tertentu. Dalam musim yang normal (tidak banyak hujan atau sering panas terik yang sangat menyengat kulit) dan kuantitas hama normal (tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit hama), penyemprotan dilakukan antara tiga hingga empat kali per-waktu tanam sampai masa hampir panen dengan dosis sekitar 17 kg/ha. Ini berarti dalam satu tahun, insektisida yang telah disumbang kurang lebih sebanyak 1,02 – 1,36 kuintal per-satu hektar sawah.
Beberapa merek pupuk yang sering digunakan Pak Subi adalah Pusri (berbahan dasar urea) dan Phonska (berbahan dasar fosfat, natrium, dan kalium). Selain merek-merek terkenal itu, beliau juga menggunakan racikan antara fosfat dengan pupuk organik. Adapun penggunaan herbisida yang sering beliau gunakan (yang katanya juga dianjurkan oleh petugas dari dinas pertanian) yaitu Roundup, sejenis herbisida yang kemampuan pemusnahnya terhadap gulma sangat lambat namun hemat bila dibandingkan dengan herbisida merek lain yang biasanya boros untuk membasmi kuantitas gulma yang sama. Selain RoundupÃ’, beliau menggunakan herbisida lain khusus untuk membunuh semanggi atau disebut Pak Subi sebagai “semprot semanggi” (Wawancara, 5 Maret 2009). Di antara insektisida dan herbisida tersebut, salah satu diantaranya merupakan bahan yang bisa diurai kembali (biodegradable) dan cepat membusuk menjadi unsur-unsur yang tidak berbahaya. Sedangkan sebagian yang lain berupa bahan yang tidak bisa diurai (non biodegradable) sehingga tetap mengandung unsur-unsur yang berbahaya dalam jangka waktu yang lama. Bila terkena gelontoran air hujan atau air irigasi, maka unsur-unsur berbahaya itu akan terserap ke dalam tanah (mencemari air tanah) dan akan menuju ke sungai-sungai atau danau-danau (mencemari air permukaan tanah) (John Hart, 2008).
Dalam sistem pertanian tradisional, sekarang ini mulai dipergunakan pupuk buatan pabrik, pupuk sintesis, perangsang tumbuh, antibiotika, dan lain lain yang membuat produksi pangan bisa meningkat, tetapi di sisi lain, hadirnya produk–produk hasil pabrik tersebut dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Selain itu, pertanian konvensional banyak tergantung pada bahan kimia yang harganya mahal, bahkan kadang-kadang langka dipasaran.Ketergantungan ini menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi menjadi tinggi (tidak sesuai dengan harga beli).
Saat ini dunia pertanian tidak lepas dari penggunaan bahan kimia, baik untuk pemupukan, pemacu pertumbuhan, dan perekat, perata, maupun pengendali hama dan penyakit. Namun, apakah sudah memikirkan akibat dari pemakaian bahan-bahan tersebut? Bahan kimia umumnya merupakan bahan beracun sehingga bila digunakan dapat meracuni tanah, tanaman, udara, air, dan lingkungan hidup lainnya. Karena meracuni lingkungan hidup, maka berpengaruh kepada kesehatan manusia, misalnya gangguan pada paru-paru, jantung, ginjal, hati, darah, alat vital, serta timbul penyakit kanker, dan disfungsi seksual.
Selain beracun, harga pupuk dan pestisida juga semakin mahal. Terlebih apabila subsidi dari pemerintah dicabut. Keadaan ini menjadi dilema bagi para petani: bila tidak dipupuk dan disemprot dengan bahan kimia, produksi akan merosot. Sedangkan bila dipupuk dan disemprot, hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya produksi. Walhasil, petani pun menjadi rugi. Bagaimana pemecahannya? Jawabannya sangat sederhana, yaitu dengan sistem pertanian organik. Permasalahan yang dihadapi dalam pertanian konvensional dapat diselesaikan dengan mengembangkan sistem pertanian organik. Konsep pertanian organik berawal dari pemikiran bahwa hutan alam yang terdiri dari banyak ribuan jenis tumbuhan bisa hidup subur tanpa campur tangan manusia. Kondisi hutan yang memberi makanan pada tanaman dan melindunginya dengan temperatur yang cocok untuk binatang besar maupun kecil, serangga, cendawan, bakteri, dan makhluk hidup lainnya. Kotoran burung atau binatang lainnya serta mulsa dari daun-daun secara perlahan akan terurai menjadi makanan (pupuk) bagi tumbuhan. Jika hutan saja bisa subur dengan cara alami, maka pasti lahan pertanian juga bisa demikian.. Dengan pemakaian bahan organik, ketergantungan terhadap bahan kimia dapat dikurangi, karena bahan organik umumnya bisa didapat dari lingkungan sekitar lahan pertanian. Selain itu, dampak positifnya adalah lingkungan hidup di pertanian organik lebih bersih, subur, dan sehat (eco-friendly).
Prinsip pertanian organik pada dasarnya adalah berteman akrab dengan alam, tidak mencemari dan merusak lingkungan hidup. Alasan utama penggunaan bahan kimia adalah untuk menyuburkan tanah dan memberantas hama serta penyakit. Padahal, melalui sistem pertanian organik, dua masalah itu dapat diatasi. Untuk menyuburkan tanah, petani bisa memanfaatkan tanaman famili leguminosae, seperti kacang-kacangan, selain pupuk kandang tentunya. Tanaman jenis ini mempunyai bintil-bintil akar yang mampu menambat nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Sementara sebagai pengganti pestisida, petani dapat menggunakan antara lain nimba, tembakau, brotowali, awar-awar, gadung, kelor, mindi, ketepeng kebo, mengkudu, mahoni, tuba teprosia, papaya, johar, buah lerak, sirsak, srikaya, dan jarak kepya. Pestisida alami ini dapat dengan mudah dibuat, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, dan tidak meracuni konsumen karena 100% bersifat bio-degradable. Terlebih lagi, tanaman-tanaman ini mudah diperoleh dan dibudidayakan (macam-macam pestisida organik dan cara pembuatannya dapat dilihat di tabel lampiran).
B. BERBAGAI KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN KIMIA
Di bawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari penggunaan sistem pertanian organik:
1. Kelebihan
1.1 Tidak menggunakan pupuk atau pestisida berbahan kimia, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat
1.2. Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingan tanaman non organik
1.3 Produk tanaman organik harganya lebih mahal.
2 Kekurangan
2.1 Kebutuhan tenaga yang diperlukan lebih banyak dibandingkan dengan pertanian modern, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit. Umumnya, pengendalian hama dan penyakit dalam pertanian organik masih dilakukan secara manual. Penggunakan pestisida alami membutuhkan waktu lama karena bahan–bahan tersebut tidak banyak dijual dipasaran.
2.2 Bentuk fisik tanaman organik kurang bagus, seperti berukuran kecil, dan daun berlubang-lubang.
Kebutuhan unsur hara setiap tanaman berbeda-beda. Kebutuhan tersebut dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu dalam jumlah banyak (makro), sedang (madya), dan sedikt (mikro). Yang termasuk unsur hara makro yaitu: Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Karbon (C), Hydrogen (H), dan Oksigen (O). Sedangkan unsur kimia yang dibutuhkan dalam jumlah menengah yaitu; Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Belerang (S). Adapun unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah mikro yaitu besi (Fe), tembaga (Cu), Seng (Zn), Mangaan (Mn), Boron (Br), Molibdenum (Mo), Klor (Ch), Kobalt (Co), dan Silisium (Si). Jumlah unsur hara dalam tanah umumnya sedikit, namun unsur tersebut dapat ditambahkan dengan pemberian pupuk organik. Penyerapan unsur hara oleh tanaman dari derajat keasaman tanah (pH–power of hydrogen). Untuk mengetahui atau mengukur derajat pH tanah dapat digunakan alat yang disebut pH meter.
Pupuk alami yang akrab dengan masyarakat petani adalah kompos. Kompos merupakan hasil fermentasi atau hasil dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah, kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif, sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah. Kompos memiliki peranan yang sangat penting bagi tanah, karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya (L. Murbandono, 1982). Penambahan kompos ke dalam tanah dapat memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah, sehingga akan memperbaiki keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air, serta mengendalikan erosi tanah. Kompos juga dapat menggantikan unsur hara tanah yang hilang akibat terbawa oleh tanaman ketika dipanen atau terbawa aliran air permukaan (erosi).
Dari hasil perhitungan secara nasional diperoleh bahwa total produksi kompos nasional saat ini baru mencapai 10% dari potensi kebutuhan pertanian dalam negeri diperkirakan mencapai 11 juta ton per tahun. Namun di sisi lain, sejumlah produsen kompos mendapat kesulitan untuk memasarkan produknya. Keadaan ini disebabkan karena sebagian petani di Indonesia masih mengandalkan pupuk non-organik (urea dan TSP) untuk menyuburkan tanah (L. Murbandono, 1982). Keengganan petani menggunakan pupuk non-organik disebabkan karena merepotkan, tidak praktis, harus dalam jumlah besar, dan kadang- kadang menimbulkan bau busuk, serta pengaruh terhadap tanaman tidak terlalu tampak terlihat. Penerapan pupuk organik memang bersifat jangka panjang. Hal inilah yang merupakan kebalikan dari sifat pupuk anorganik yang penggunaannya praktis dan cepat menunjukkan hasil. Selain itu, juga belum ada standarisasi mutu untuk produk kompos.
Setelah diamati dan dicocokkan dengan literatur, ternyata terdapat beberapa perbedaan antara pupuk organik dan anorganik, yaitu:
a. Sifat Kompos
1. Mengandung unsur bahan makro dan mikro yang lengkap walaupun dalam jumlah yang hanya sedikit
2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut:
2.1. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan bahan organik di dalam tanah
2.2. Meningkatkan daya serap tanah terhadp air dan zat hara
2.3. Memperbaiki kehidupan organisme di dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut
2.4. Memperbesar daya ikat tanah berpasir, sehingga tidak mudah terpencar
2.5. Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah
2.6. Membantu pembentukan proses pelapukan bahan mineral
2.7. Memperbaiki tanah dari kerusakan yang disebabkan oleh erosi
2.8. Meningkatkan kapasitas tukar kation.
3. Beberapa jenis tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit
4. Menurunkan aktifitas organisme tanah yang merugikan.
b. Sifat Pupuk Non-Organik
1. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak
2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi penggunaannya dalam jangka waktu yang panjang dapat membuat tanah menjadi keras
3. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap serangan penyakit (L. Murbandono, 1982).
Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah ternyata lebih baik dibandingkan dengan pengaruh pupuk kimia. Kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Tanah lempung berat akan menjadi cepat jenuh karena air, sehingga akan menghalangi udara dan air yang masuk. Penambahan kompos pada tanah tersebut akan membantu melonggarkan partikel tanah yang padat. Yaitu dengan cara membuka pori-pori tanah yang merupakan saluran atau jalan udara dan air. Humus yang terdapat di dalam kompos dapat memecah tanah liat menjadi tanah yang lebih remah. Dengan penambahan kompos, struktur tanah liat menjadi lebih remah dan akan terbentuk lapisan tipis air yang sehingga mudah diserap akar.
Perbedaan antara tanah liat dan tanah pasir adalah ukuran partikelnya. Tanah liat terbentuk dari partikel–partikel yang sangat kecil dan saling terkait antara satu dengan yang lain. Sedangkan tanah berpasir terdiri dari partikel–partikel yang cukup besar, sehingga strukturnya berpencar dan tidak dapat mempertahankan kelembaban serta cenderung meloloskan diri terlalu cepat. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pemberian kompos. Dengan kompos, partikel tanah akan disatukan dalam bentuk yang lebih besar, sehingga dapat menahan air lebih banyak dalam bentuk lapisan permukaan (Hadi Prabawa dkk,1992).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah mengamati keadaan air serta tanah di Desa Bulak, penulis membuat perhitungan sederhana. Dalam satu tahun, air sawah di desa ini selalu tercemar dengan disumbang oleh sekitar 1,02 – 1,36 kuintal insektisida per satu hektar sawah, 1,28 – 2,56 kg (2 kali penyemprotan) atau 1,92 – 3,84 kg herbisida per satu hektar sawah (3 kali penyemprotan) serta kurang lebih 20 kuintal pupuk organik . Jumlah tersebut mungkin tidak pernah terbayangkan oleh petani, sehingga mereka selalu menggunakannya tanpa ada rasa salah dan berdosa. Padahal di balik semua itu, kehidupan biota sawah semakin terancam. Dengan adanya pencemaran tersebut, ekosistem yang terdapat di sawah juga ikut terkontaminasi. Jika dikonsumsi warga (air, tanaman, ataupun ikan yang hidup di tempat tersebut), maka akan berdampak buruk bagi kondisi kesehatan, terutama meningkatnya resiko penyakit kanker, masalah reproduksi, dan angka kematian yang tinggi. Bagaimanapun, pencemaran air di desa ini harus segera diatasi. Oleh karena itu, penulis menghimbau kepada para petani untuk ikut serta dalam upaya mengurangi frekuensi pencemaran air di sawah mereka.
Bagi penulis, salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi pencemaran tanah pertanian oleh zat – zat kimia berbahaya adalah dengan kembali pemakaian pupuk ramah lingkungan yaitu pupuk organik. Selain mengurangi resiko terkena kanker (disebabkan mengkonsumsi bahan makanan yang telah terkontaminasi bahan – bahan kimia pupuk organik), penggunaan pupuk alami juga dapat meningkatkan penghasilan. Menurut informasi yang penulis dapat dari seorang penjual dan pengecer beras di Pasar Bulak Kecamatan Rowosari, Kendal, harga beras organik dibandingkan dengan beras biasa jauh lebih tinggi. Jika harga beras biasa berkisar antara Rp.5000 – Rp.8000 per kilogram, maka harga beras organik bisa mencapai Rp.12.000 per kilogram. Oleh karena itu, alangkah baiknya dari detik ini para petani mulai berpikir realitis, apabila ingin menggunakan bahan-bahan kimia
B. SARAN
Walaupun air merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun apabila sumber air tercemar, maka akan terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air bersih. Kondisi ini mengharuskan kita untuk tidak mencemari sungai, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di pegunungan agar sebisa mungkin menggunakan air dengan sebaik-baiknya. Karena dampak yang ditimbulkan juga berpengaruh pada wilayah yang ada dibawahnya (terutama daerah perkotaan).
Penulis juga menghimbau kepada Dinas Pertanian untuk lebih ketat dalam mengawasi pemasokan pupuk kepada petani, bukan malah menganjurkan mereka untuk mencoba memakai yang berbahan kimia. Apabila para petani tidak bisa langsung berpindah ke pupuk organik, minimal mereka mengurangi dosis pemakaian pupuk kimia. Walaupun mungkin pupuk organik lebih menghemat biaya, tetapi mereka juga harus berpikir kedepan tentang kelestarian ekosistem yang ada disekitarnya.
Selain itu, pemerintah juga harus ikut membantu dalam hal pengadaan bahan baku kompos. Agar produksi kompos di negara kita dapat mengimbangi jumlah tanaman yang membutuhkannya maka bagi penulis, perlu adanya kebijakan pengurangan subsidi pupuk kimia dan mengalihkan subsidi itu ke pertanian organik. Pemerintah juga harus terus memberi penyuluhan tentang kelebihan penggunaan pupuk organik dan kerugian pemakaian pupuk kimia. Penyebaran berbagai artikel dan selebaran mengenai pupuk organik juga merupakan upaya yang tepat yang dapat dilakukan pemerintah dalam rangka megurangi jumlah frekuensi pencemaran oleh pupuk kimia.
Akan tetapi, walaupun slogan-slogan untuk menggunakan penggunaan pupuk organik telah digembar-gemborkan, revolusi pertanian sulit terwujud apabila para petani yang berperan sebagai subyek dalam masalah tersebut tidak ikut serta atau acuh tak acuh terhadap gerakan menuju sistem pertanian yang ramah lingkungan. Dengan kata lain, sistem bercocok tanam yang mengutamakan kesehatan dan tidak mengandung zat–zat patogenik hanya akan menjadi sebuah angan – angan serta lamunan kosong yang kita sendiri tidak tahu kapan berakhirnya. Oleh karena itu, apabila kita termasuk salah seorang diantara sekian banyak orang yang mengingikan lingkungan yang bersih dari berbagai macam bahan kimia, tentunya pertanian organik merupakan langkah yang wajib dilakukan.
Menurut hemat penulis, cara praktis yang dapat ditempuh agar tujuan di atas dapat tercapai adalah dengan melakukan hal – hal dibawah ini :
  1. Memupuk dengan kompos, pupuk kandang, atau pupuk guano (pupuk yang dibuat dari kotoran kelelawar).
  2. Memupuk dengan pupuk hijau, seperti orok-orok (Crotalaria Juncea), tephrosia candida, tephrosiavogeli, maupun batang, akar, dan daun kacang – kacangan , turi serta gamal.
  3. Memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak dan pemotongan hewan.
  4. Mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur
DAFTAR PUSTAKA
Hart, John, “Water Pollution”, dalam Encarta Encyclopedia, Microsoft Corporation
Prabawa, Hadi, dkk. 1995. Ilmu Kimia SMU untuk kelas 2 semester 2, Jakarta: Erlangga.
Murbandono, L., 1982. Cara Mudah Membuat Kompos, Jakarta: Penebar Swadaya,1982

Definisi/Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani - Ilmu Geografi

0 komentar


Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia :
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
.
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di Indonesia :
1. Pertanian Tanaman Pangan- Padi- Jagung- Kedelai- Kacang Tanah- Ubi Jalar
- Ketela Pohon
2. Pertanian Tanaman Perdagangan- Kopi- Teh- Kelapa- Karet- Kina- Cengkeh- Kapas- Tembakau- Kelapa Sawit
- Tebu
Terima kasih semoga memberikan manfaat bagi kita semua.

Hasil-Hasil Pertanian di Indonesia

0 komentar


1. Agave (Sisal)
Agave merupakan tanaman hias yang mempunyai warna daun hijau muda bercampur dengan alur menyerupai pita dan bersisik mirip. Tanaman ini ditemukan pada abad 20.
Daerah - daerah penghasil agave adalah:
(1). Bukittinggi : Sumatera Barat
(2). Deli Serdang : Sumatera Utara
(3). Kediri : Jawa Timur
(4). Malang : Jawa Timur
(5). Minahasa : Sulawesi Utara
(6). Mojokerto : Jawa Timur
(7). Pontianak : Kalimantan Barat
Agave digunakan sebagai bahan pembuat tali. Pabrik tali agave terdapat di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
2. Avokad
Avokad (Persea Americana) merupakan buah yang memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi manusia. Kandungan nutrisi dalam satu buah alpukat adalah 95 mg fosfor, 23 mg kalsium, 1,4 mg zat besi, 9 mg sodium, 1,3 mg potasium, 8,6 mg niacin, 660 I.U. vitamin A, 82 mg vitamin C. Daerah penghasil avokad terbanyak terdapat di daerah Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat.
3. Bawang
Bawang merah dan bawang putih merupakan salah satu tanaman sayuran yang menjadi menu pokok hampir pada semua jenis masakan dengan fungsi sebagai penyedap masakan dan khasiat bagi manusia. Daerah penghasil bawang banyak terdapat di daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
4. Beras
Beras  berasal dari tanaman padi.Padi adalah sumber bahan makanan pokok rakyat Indonesia, jadi tanaman ini mempunyai andil yang sangat besar dalam kehidupan. Daerah - daerah penghasil beras hampir merata di seluruh wilayah Nusantara, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatera.
5. Buncis
Kacang Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.] Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan. Daerah penghasil buncis banyak terdapat di daerah Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, dan Lampung.
6. Cengkeh
Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands. Menanam pohon cengkeh saat seorang anak dilahirkan adalah tradisi penduduk asli Maluku. Secara psikologis ada pertalian antara pertumbuhan pohon cengkeh dan anak tersebut sehingga pohon cengkeh benar-benar dijaga dan dirawat oleh orang Maluku Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas. Daerah penghasil cengkeh banyak terdapat di daerah Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, NTT, Papua, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.
7. Cokelat
Cokelat berasal dari Amazon atau Orinoco, Amerika Selatan kira – kira 4000 tahun yang lalu. Daerah penghasil cokelat terbanyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, NTT, Papua, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan DI.Yogyakarta. Daerah penghasil cokelat yang utama adalah Salatiga (Jawa Tengah).Cokelat banyak digunakan sebagai bahan minuman.
8. Durian
Durian (Bombaceae sp.) merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar.Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 Masehi. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur). Durian bermanfaat untuk mencegah erosi di lahan-lahan yang miring, batangnya sebagai bahan bangunan atau perkakas rumah tangga, bijinya memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya), kulit dipakai sebagai bahan abu gosok dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur.Daerah penghasil durian banyak terdapat di daerah Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.
9. Jagung
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu). Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Daerah penghasil jagung hampir merata di seluruh wilayah Nusantara, seperti DI.Aceh, Bali, Bengkulu, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Lampung, NTB, Papua, Riau, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.
10. Kacang Hijau
Sebagai makanan, tanaman yang diperkirakan berasal dari India ini menghasilkan berbagai masakan. Mulai dari aneka penganan kecil, bubur, sampai kolak. Kacang hijau dan kecambahnya memiliki manfaat memberikan nutrisi penting bagi tubuh, mengandung protein tinggi, kalsium, fosfor, vitamin B2 (riboflavin).Kacang hijau banyak terdapat di daerah Bali, Bengkulu,Lampung, dan Papua.
11. Kacang Mede
Kacang mede berasal dari biji jambu mete (Anacardium Occidentale L). Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara.] Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
12. Kacang Tanah ( Arachis Hypogeae L.)
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Pemasukan ke Indonesia pertama- tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir.Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati , minyak dan lain-lain. Daerah penghasil kacang tanah meliputi daerah DI.Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, NTT, dan DI.Yogyakarta.
13. Kapas
Kapas adalah serat yang dihasilkan oleh tanaman kapas (Gossypium Hirsutum). Tanaman kapas ini mempunyai banyak species diperkirakan berjumlah 30-40 species yang tersebar di seluruh belahan dunia dari daerah yang beriklim tropis hingga subtropis, sedangkan yang paling banya digunakan untuk produksi pakaian adalah tanaman kapas jenis Gossypium Hirsutum yang tingkat penggunaanya mencapai 90 % dari produksi kapas di dunia tanaman ini juga termasuk tanaman perdu (semak) karena tanaman ini relatif kecil namun ada juga yang memiliki ketinggian hingga 3 meter lebih. Kapas dipintal menjadi benang kemudian benang di tenun menjadi kain rupanya ini sudah dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu di India, Mesir dan china ratusan tahun sebelum masehi tenyata kapas yang sudah diolah juga menjadi komoditas perdangangan yang sudah diperdagangkan bahkan sampai ke daerah mediterania. Daerah - daerah penghasil kapas, antara lain:
(1). Asembagus : Jawa Timur
(2). Banten : Banten
(3). Bima : NTB
(4). Bogor : Jawa Barat
(5). Cirebon : Jawa Barat
(6). Pati : Jawa Tengah
(7). Pekalongan : Jawa Tengah
(8). Priangan : Jawa Barat
(9). Kediri : Jawa Timur
(10). Pulau Lombok : NTB
(11). Semarang : Jawa Tengah
14. Kapuk
Kapuk randu atau kapuk (Ceiba Pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika). Kata “kapuk” atau “kapok” juga digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya. Daerah penghasil kapuk meliputi daerah DI.Aceh, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.
15. Karet
Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah). Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola. Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu salah satu komoditi penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani Daerah - daerah penghasil karet adalah :
(1). Alas : DI Aceh
(2). Asahan : Sumatera Utara
(3) .Banyumas : Jawa Tengah
(4). Batang : Jawa Tengah
(5). Deli Serdang : Sumatera Utara
(6). Gunung Kawi : Jawa Timur
(7). Gunung Kelud : Jawa Timur
(8). Indragiri : Riau
(9). Kampar : Riau
(10). Labuhan Batu : Sumatera Utara
(11). Langkat : Sumatera Utara
(12). Pegunungan Meratus : Kalimantan Selatan
(13). Priangan : Jawa Barat
(14). Simalungun : Sumatera Utara
(15). Sukabumi : Jawa Barat
(16). Tanah Gayo : DI Aceh
(17). Tanah Kerinci : Jambi
(18). Rejang dan Lebong : Sumatera Selatan
(19). Tapanuli Selatan : Sumatera Utara
16. Kayu Manis
Sebuah studi menemukan bahwa menambahkan kayu manis ke dalam makanan pencuci mulut dapat menekan kadar gula darah tanpa menghilangkan rasa manis. Para peneliti pada Malmo University Hospital di Swedia menemukan bahwa dengan menambahkan satu sendok teh lebih kayu manis ke dalam semangkok pudding akan menurunkan kadar gula darah.  Survei ini dilakukan pada sekelompok sukarelawan kesehatan.  Kayu manis banyak terdapat di daerah Jambi, Sumatera Barat, dan DI Yogyakarta.
17. Kedelai
Kedelai (Glycine Max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai berfungsi sebagai zat pembangun bagi tubuh, mengurangi gejala menopouse, mencegah osteoporosis, mencegah atherosclerosis, mencegah kanker, meringankan diabetes). Selain banyak dihasilkan di Bali, Jawa, dan Lombok, kedelai juga terdapat di daerah DI Aceh, Jambi, Papua, dan Kalimantan Barat.
18. Kelapa
Kelapa merupakan jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae dan satu-satunya spesies dalam genusCocos, pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang, dari batang, buah dan daun semuanya dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Daerah - daerah penghasil kelapa, antara lain:
(1). Bone : Sulawesi Selatan
(2). Halmahera : Maluku
(3). Kepulauan Alor : NTT
(4). Kepulauan Solor : NTT
(5). Minahasa : Sulawesi Utara
(6). Pulau Buru : Maluku
(7). Pulau Seram : Maluku
(8). Sangihe Talaud : Sulawesi Utara
Selain itu, kelapa banyak terdapat di Aceh, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.
19. Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial). Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Daerah - daerah penghasil kelapa sawit :
(1). Asahan : Sumatera Utara
(2). Pulau Simelue : Aceh Barat
(3). Simalungun : Sumatera Utara
Selain itu, kelapa sawit banyak terdapat di Kalimantan Timur dan Riau. Kelapa sawit digunakan sebagai bahan pembuat sabun, mentega, lilin, dan lem timah. Industri minyak kelapa sawit terdapat di Asahan, Sumatera Utara.
20. Kentang
Kentang pertama kali mencapai daratan Eropa di tahun 1500-an bersamaan dengan kedatangan kapal-kapal Spanyol dari Peru. Namun saat didatangkan, kentang lambat sekali diterima masyarakat Eropa.Kentang dilarang dimakan di Burgundy karena dianggap sebagai biang penyakit lepra. Di tempat lain kentang mendapat julukan yang buruk karena dituduh sebagai penyebab penyakit sipilis.  Hingga tahun 1720-an, di Amerika masih terdapat kepercayaan bahwa kentang dapat memperpendek umur yang mengkonsumsinya). Baru setelah kemerdekaan Amerika, kentang lebih bisa diterima, dan saat ini telah menjadi salah satu makanan pokok orang Amerika. Daerah penghasil kentang antara lain Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku.
21. Ketela Pohon
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan. Daerah penghasil ketela pohon, terutama terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketela pohon juga terdapat di seluruh nusantara, seperti :
(1). Bali
(2). Bengkulu
(3). DKI Jakarta
(4). Jambi
(5). Kalimantan Barat
(6). Kalimantan Selatan
(7). Lampung
(8). NTB
(9). Papua
(10). Riau
(11). Sulawesi Tenggara
(12). Sumatera Barat
(13). Sumatera Selatan
(14. Sumatera Utara
(15). DI Yogyakarta
22. Kina
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon. Kina banyak terdapat di daerah Lembang (Jawa Barat) dan tanah Kerinci (Sumatera Barat). Kulit kina digunakan sebagai bahan pembuat obat antimalaria.
23. Kopi
Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda.] Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa). Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya. Daerah - daerah penghasil kopi, antara lain:
(1). Aceh : Aceh Tengah
(2). Besuki : Jawa Timur
(3). Bogor : Jawa Barat
(4). Bukit Barisan : Bengkulu
(5). Deli Serdang : Sumatera Utara]
(6). Kediri : Jawa Timur
(7). Malang : Jawa Timur
(8). Pegunungan Verbeek : Sulawesi Selatan
(9). Priangan : Jawa Barat
(10). Tapanuli : Sumatera Utara
Selain itu, kopi juga terdapat di daerah Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.
24. Lada
Tanaman lada (Piper Nigrum Linn) berasal dari daerah Ghat Barat, India. Demikian juga, tanaman lada yang sekarang banyak ditanam di Indonesia ada kemungkinan berasal dari India. Sebab pada tahun 110 Sebelum Masehi – 600 Sebelum Masehi banyak koloni Hindu yang datang ke Jawa. Mereka itulah yang diperkirakan membawa bibit lada ke Jawa. Pada abad XVI, tanaman lada di Indonesia baru diusahakan secara kecil-kecilan (Jawa). Tetapi pada abad XVIII, tanaman tersebut telah diusahakan secara besar -besaran (Anonim, 1980). Daerah - daerah penghasil lada, antara lain DI Aceh, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan DI Yogyakarta.
25. Mangga
Nama buah mangga (Mangifera Indica) ini berasal dari Malayalam manga. Kata ini diindonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri mengandung arti: “(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India”. Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai.Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging. Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik.Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran.Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.] Daerah penghasil mangga, antara lain Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.
26.Pala
Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Daerah penghasil pala, antara lain Bengkulu, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.
27. Rosella (Rami)
Pada tahun 1576 seorang ahli botani asal Belanda bernama M. de L’Obel menemukan tanaman ini pada halaman sebuah rumah di Pulau Jawa. Ada yang berpendapat, Rosella berasal dari India.Diduga tanaman ini dibawa oleh pedagang India saat datang ke Indonesia sekitar abad ke-14. Kelopak bunga rosela mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan melancarkan buang air besar. Rosela juga digunakan sebagai bahan pembuat karung. Daerah - daerah penghasil rosela, antara lain : (1). Kulon Progo : DI Yogyakarta
(2). Pati : Jawa Tengah
(3). Semarang : Jawa Tengah
(4). Sleman : DI Yogyakarta
(5). Surakarta : Jawa Tengah

BUDIDAYA STRAWBERRY

0 komentar



PENDAHULUAN 
Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat.
Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural Nusantara berperan dalam meningkatkan Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian terhadap lingkungan pada budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHANLama penyinaran matahari 8 - 10 jam hari. Curah hujan berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara 17°C - 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C - 5°C dengan kelembaban udara 80% - 90%.Ketinggian tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHANSebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu semalam. Keesokan harinya dilakukan pembajakan sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGANBentuk bedengan dengan ukuran lebar 80-120 cm, tinggi 30 - 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURANBerikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASARTaburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA disiramkan 30-60 tutup/1000 m2 ditambahkan air secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIOUntuk mencegah serangan penyakit karena jamur utamanya penyakit layu tebarkan Natural GLIO yang telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan selama seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar 1000 m2.

PEMASANGAN MULSAPemasangan mulsa plastik pada saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAMDiameter lubang ± 10 cm, dengan jarak lubang 30 - 50 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat.

CARA PENANAMANPindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit dikondisikan selama sebulan sebelum tanam di kebun,dan saat penanaman usahakan perakaran tidak rusak saat membuka polibag.

PENYULAMANPenyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam, pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGANPenyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASANDilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun, serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang prima.

PEMUPUKAN SUSULANPupuk diberikan pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam dengan NPK (16-16-16) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350-500 cc/ tanaman.

PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIKSemprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKITH A M A
a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah, kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting, kadang-kadang pembentukan daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp)
Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala :daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Othiorhychus rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. Sulcatus)
Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada bagian yang digereknya. Pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

PENYAKIT
a. Layu verticillium (Verticillium dahliae)
Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga tanaman. Gejala : daun yang terinfeksi mula-mula berwarna kuning hingga kecoklatan, serangan berat akan mengakibatkan kematian pada tanaman. Pengendalian : perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

b. Busuk buah matang/Ripe Fruit Rot (Colletotrichum fragariae Brook) Busuk Rhizopus/ Rhizopus spot ( Rhizopus stolonifer )
Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas hanya pada buah yang masak saja dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS, buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh.
Pengendalian : musnahkan buah yang terinfeksi, perbaiki drainase kebun, pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur dengan pupuk kandang yang telah jadi.

c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum, Rhizoctonia solani)
Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam dan busuk, sedangkanPhytium mengakibatkan batang batas akar di permukaan tanah busuk berwarna coklat hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia mengakibatkan sistem perakaran busuk kebasah-basahan.
Pengendalian : cabut dan musnahkan tanaman yang terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae)
Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala : tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada empulurnya akan tampak berwarna merah.Penyakit ini mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase jelek dan masam/pH rendah.
Pengendalian : perbaiki drainase, pengapuran tanah, rotasi tanaman, gunakan bibit yang sehat dan hindari luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada awal penanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN
Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan pertama sebaiknya dibuang atau dipangkas karena belum bisa berproduksi secara optimum. Setelah tanaman berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif berbunga dan berbuah.Panen dilakukan dengan dipetik atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya, dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.

BUDIDAYA ANGGUR

0 komentar

PENDAHULUAN
Produksi anggur 
( Vitis sp.) di Indonesia belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi anggur secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% - 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan pH tanah 6-7. Tipe tanah : liat dan liat berpasir (alluvial dan grumosol).

PERSIAPAN LAHAN
1. Bersihkan lahan, cangkul/bajak sampai gembur.
2. Pengapuran pada tanah masam dosis 5 ton/ ha.
3. Buat saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi
4. Buat lubang tanam 60x60x50 cm / 75x75x70 cm, jarak tanam 3 x 3 m / 5 x 4 m, keringanginkan + 2-4 minggu, isikan tanah lapisan bawah ke dasar lubang.
5. Campurkan tanah lapisan atas : pupuk kandang ( + 20-40) : pasir perbandingan 1:1:2 serta Natural GLIO + 5-10 gram/lubang dan isikan ke lubang bagian atas.

PENYIAPAN BIBIT
Bibit siap tanam umur 1,5 - 2 bulan, perakarannya 5-10 cm, tumbuh sehat, bertunas dua. Kebutuhan bibit jarak tanam 3 x 3 cm sebanyak 890 batang/ha, jarak tanam 5 x 4 cm sebanyak 500 batang/ha. Sebulan sebelum tanam, bibit anggur terpilih diadaptasikan di sekitar lahan

PENANAMAN
Waktu tanam di akhir musim hujan (April-Juni). Siram bibit dng POC NASA (1-2 ttp/10 lt air) + 1 minggu sebelum tanam. Beri naungan sementara. Semprot POC NASA 1-2 ttp/tangki/10 hari hingga usia + 3 bulan setelah tanam.

PENGAIRAN
Pengairan tanaman muda 1-2 kali sehari dan dewasa 3 hari sekali. Tiga minggu sebelum dipangkas, pengairan dihentikan dan 2-3 hari setelah pemangkasan air diberikan kembali. Pengairan setelah pemupukan dan dihentikan menjelang pemetikan buah.

PENYIANGAN DAN PENDANGIRAN
Lahan dijaga kebersihannya dari gulma dan penggemburan tanah (Pendangiran) dilakukan sebulan sekali agar bidang oleh tetap bersih dan gembur.

PEMUPUKAN
Pemupukan disebar dan dicampur merata tanah secara melingkar sejauh 25 cm dari batang lalu ditutup dan diairi atau dengan cara pengocoran pupuk
Pemupukan berdasarkan umur tanaman, yaitu :
a. Tanaman Muda sampai umur 6 bulan (per pohon)

No

Umur Tanaman

Jenis dan Dosis Pupuk
Per pohon

1

10 hari – 3 bulan, interval 10 hari sekali

Urea 7,5 gr atau ZA 10 gr, tiap kali pemupukan

2

> 3 – 6 bulan, interval 15 hari sekali

Urea 15 gr atau ZA 20 gr tiap kali pemupukan

3

Tiap 1 bulan sekali

SUPER NASA 1-2 sendok makan (s.m.)/ 10 liter air

b. Tanaman Umur 6 bulan sampai 1 tahun (per pohon)

No

Umur Tanaman

Jenis dan Dosis Pupuk
Per Pohon

1

> 6 bulan

Pukan 30 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 22,5 gr atau ZA 30 gr

2

9 bulan

SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 33,75 gr atau
ZA 45 gr

3

12 bulan

Pukan 60 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 50 gr atau ZA 60 gr
Catatan: 
- Pemberian SUPERNASA dikocorkan.
- Akan lebih optimal penyemprotan POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 tutup) per tangki .

Tanaman Produktif Berbuah (lebih dari 4 tahun)
Pemupukan 3 kali setahun (April, Agustus,Desember). Dosis tiap kali pemupukan 600 gr Urea + 300 gr TSP + 375 gr KCl + SUPER NASA 1-2 sdm/10 lt/ pohon

PEMBUATAN RAMBATAN
Perlu pembuatan rambatan dengan model :
1. Model Para-para, tiang para-para dipasang sesuai jarak tanam anggur dengan ketinggian 2 - 3,5 m dan dipasang para-para berupa anyaman kawat atau bilah bambu atau kayu, jarak mata anyaman + 40 cm.
2. Model Pagar/Kniffin, dibuat berbentuk pagar. Jarak antar tiang 3-5 m dan ketinggian 150-200 cm, hubungkan dengan kawat yang dipasang mendatar sebanyak 2-3 jajar. Kawat pertama dibagian bawah letaknya 60 cm dari permukaan tanah, dan kawat diatasnya berjarak 70 cm.
3. Model perdu, berupa pohon atau kayu biasa, kemudian bagian atasnya dipasang tempat penyangga sepanjang 2 m dan lebar 2 m.
Pemasangan rambatan dilakukan sebelum tanaman dipangkas dan dibentuk.

PEMANGKASAN DAN PEMBENTUKAN POHON
1. Waktu pemangkasan yang tepat berumur 1 tahun.
2. Usahakan tiap pohon punya batang pokok, cabang primer , sekunder dan tersier.
3. Potong batang tanaman setinggi para-para, sehingga tumbuh tunas baru (cabang primer).
4. Dua minggu cabang yang tumbuh memanjang lebih kurang 1 meter segera dipangkas pada bagian ujungnya agar tumbuh tunas baru (cabang sekunder).
5. Cabang sekunder yang panjang 1 meter dipangkas titik tumbuhnya agar tumbun tunas baru (cabang tersier).
6. Cabang tersier inilah yang menghasilkan buah.
7. Ciri cabang siap dipangkas, ujung tunasnya mudah dipatahkan, dan apabila dipangkas meneteskan air, cabang berwarna coklat.
8. Perhatikan ciri visual mata tunas yang dipangkas, mata tunas vegetatif bentuknya runcing dan generatif tumpul.
9. Cara pemangkasan anggur yaitu :
10. Pangkas pendek, sisakan 1-2 mata
11. Pangkas sedang, sisakan 3-6 mata
12. Pangkas panjang, sisakan 7 atau lebih mata

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
- Pangkas pembuahan dilakukan 2 tahap setahun yaitu bulan Maret - April dan Juli - Agustus dan dilakukan pada cabang-cabang tersier yang telah berumur 1 tahun
- Cabang-cabang yang tumbuh subur dipangkas dan sisakan 4-10 mata tunas, sedang cabang yang kurang subur sisakan 1-3 mata tunas
- Cabang/ranting sisa pemangkasan dibentangkan dan diatur merata di seluruh permukaan para-para, lalu diikat ke kanan dan kiri dengan tali.
- Semprot dengan HORMONIK dosis 1-2 tutup per tangki setelah dipangkas setiap 7-10 hari sekali
- Pelihara 3 malai bunga tiap tunas dan potong tunas baru yang tumbuh di atas bunga sampai terbentuk bakal buah
- Jarangkan buah pada dompolan 50% - 60 %, yaitu waktu ukuran buah sebesar biji asam dengan mengambil butir-butir buah yang letaknya berhimpitan, bertangkai panjang, abnormal, rusak dengan gunting kecil yang steril.
- Jika musim hujan, pasang atap plastik putih pada para-para dan bungkus buah dengan kantong plastik atau kertas semen

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
- Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae), mengisap cairan akar dan daun. Gejala : didaun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil, akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit. Pengendalian: pangkas tanaman terserang dan bakar, semprot Natural BVR atau PESTONA

- Tungau Merah (Tetranychus sp.), bercak-bercak kuning pada daun dan berubah hitam, akibatnya kerdil dan buah berkurang. Pengendalian; semprot Natural BVR atau PESTONA

- Ulat kantong (Mahasena corbetti), memakan bagian atas permukaan daun, terjadi lubang-lubang kecil pada daun. Pengendalian ; Pangkas dan potong tanaman terserang berat dan dibakar lalu semprot dengan PESTONA + POC NASA

- Kumbang Daun (Apogonia destructor), memakan atau merusak daun, kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun. Pengendalian : pasang lampu perangkap dan musnahkan, semprot PESTONA

- Ulat grayak (Spodoptera sp.), menyerang daun hingga rusak dan berlubang. Pengendalian; Semprot dengan Natural VITURA

- Ngengat buah anggur (Paralobesia viteana atau Grape Berry Moth), larva memakan bunga dan buah yang masih pentil dan tua sehingga buah tidak normal. Pengendalian; Buang buah rontok dan bakar, semprot PESTONA paling lambat 14 hari sebelum panen
Hama lain seperti rayap, tikus, burung, tupai dan kelelawar. Pengendalian : sanitasi kebun, bungkus buah, menghalau hama dan pasang perangkap

B. Penyakit
- Tepung Palsu (Downy mildew), jamur Plasmopora viticola, menyerang batang muda, sulur, tangkai buah dan butir buah. Pengendalian; kurangi kelembaban kebun (dipangkas), potong dan musnahkan tanaman terserang, pasang naungan, Natural GLIO+gula pasir.

- Cendawan Tepung (Powder mildew), jamur Uncinula necator, menyerang semua stadium pertumbuhan. Daun menggulung ke atas dan bentuk abnormal ditutupi tepung berwarna kelabu sampai agak gelap, batang sakit coklat. Pengendalian : semprot Natural GLIO+ gula pasir.

- Bercak Daun (Cercospora viticola dan Alternaria vitis), timbul bercak-bercak coklat dan bintik-bintik hitam sehingga tunas dan daun kering dan rontok. Pengendalian; Sanitasi kebun, mengurangi kelembaban kebun, potong dan musnahkan daun terserang, semprot dengan Natural GLIO

- Karat Daun, jamur Physopella ampelopsidis, terdapat tepung berwarna jingga pada sisi bawah daun dan pada sisi atas daun ada bercak-bercak hijau kekuningan dan seluruh permukaan tertutupi lapisan tepung sehingga daun kering dan rontok. Pengendalian : Pangkas daun sakit dan semprot dengan Natural GLIO + gula pasir

- Busuk Hitam (Black Rot), jamur Guignardia bidwelli, bercak-bercak kecil berwarna putih pada buah hampir matang dengan warna tepi coklat, kemudian busuk buah mengendap dan mengeriput hitam seperti “mummi”. Pengendalian : Pangkas bagian sakit, kurangi kelembaban, bungkus buah, Natural GLIO + gula pasir

- Kudis (Scab), Jamur Elsinoe ampelina, menyerang semua bagian tanaman. Bercak kelabu dengan tepi coklat kemerahan, kemudian daging buah mengeras dan berkudis. Pengendalian : Pangkas bagian yang sakit, sanitasi kebun, semprot Natural GLIO + gula pasir

- Busuk Kapang Kelabu (Gray Mould Rot), jamur Botrytis cinerea, berkembang pada saat buah anggur menjelang masak. Buah berwarna cokelat tua, keriput dan busuk. Pengendalian : Penanganan panen dan pasca panen yang baik, semprot Natural GLIO+gula pasir.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (1/2 tutup) per tangki

PANEN 
Panen setelah umur 1 tahun, dan buah berikutnya kontinyu 1-2 kali setahun tergantung pangkas buah.